Minggu, 29 Maret 2015

Ahlusunnah wal jama'ah ( Nahdatul Ulama )


Kita harus menjaga ritual-ritual keagamaan Nahdatul Ulama ( Nahdiyin)
Tampaknya banyak sekali di kalangan selain nahdiyin yang berambisi menyerang kekayaan maupun keunikan amaliyah (perbuatan/pekerjaan/ritual) keagamaan umat islam  yang  di Republik Indonesia direpresentasikan oleh kalangan Nahdatul Ulama “NU” ( Ahlusunnah wal jamaah ).
Mungkin hal-hal seperti di atas bisa di maklumi jika merujuk watak arogan, yang selalu mereka tonjolkan dengan mendaku diri bahwa merekalah yang paling benar. Bagi mereka, semua amaliyah/perbuatan kaum nahdiyin dikategorikan sebagai Takhayul, bid’ah, khurafat dll.
Lebih jauh, mereka juga sangat suka melabeli umat muslim yang menjadikan kitab kuning  sebagai salah satu rujukan dan landasan dalam berbagai ritualnya, sebagai umat yang anti terhadap perubahan, penghambat kemajuan umat Islam, ketinggalan zaman atau sterotipe-sterotipe sejenisnya.
Dihadapkan pada setumpuk dakwaan seperti disebutkan di atas, Nahdiyin malah menunjukan kedewasaannya dalam bersikap. Hal ini tampak dari keyakinannya,bahwa perbedaan tafsir, mazhab,  atau  aliran  dalam  masing-masing  agama  merupakan  tanda  dari  kekayaan  dan  keluasaan  makna  yang  terkandung  dalam  ajaran-ajaran  kitab  suci.  Demikian  juga  dalam  memandang  budaya  dan  sejarah  dari  tiap-tiap  umat  sebagai  keindahan  dan  keagungan  ciptaan  الله dalam  kehidupan  manusia.
Sikap  kaum  nahdiyin  di  atas  tidak  terlepas  dari  apa  yang  difirmankan  الله  “sekiranya الله  menghendaki, niscaya  dia akan menghimpun mereka ( segenap umat manusia ) dalam satu garis petunjuk yang sama ; maka janganlah sekali-kali bersikap bodoh”  (Q.S. al-an’am 35).
Kaum  nahdiyin  meyakini  bahwa  perbedaan  itu  merupakan  anugerah  yang  maha  kuasa  الله ´, termasuk  dalam  soal-soal  yang  berkaitan  dengan  furu.iyyah, dan  karenanya  yang  lebih  utama  adalah  tidak  meninggalkan  amal  kebaikan.  Bukankah  الله  juga  menegaskan  dalam  firman-nya  : “sekiranya  الله menghendaki, niscaya  dia  akan  menjadikan  kalian  satu  komunitas  keimanan  yang  tunggal,  tapi  yang  dia  kehendaki  adalah  menguji  kalian  dengan  apa  yang  dia  anugerahkan  kepada  kalian,  maka,  utamakanlah  amal  kebaikan,  kepada  kamilah  kalian  akan  kembali : dan  bakal  aku  jelaskan  kepada  kalian  perihal  sesuatu (keyakinan)  yang  kalian  perselisihkan “ (Q.S. al-Maidah : 48).
Dengan  segala  keterbatasan,  kami  berharap  kehadiran tulisan  yang  sangat  sederhana  ini,  bisa  memberi  arti,  mempertahankan  ahlusunnah  wal  jamaah  sebagai  bagian  tak  terpisahkan  dari  pola  keberagaman  kita  selama  ini.
Terima  kasih 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar